DIFTERI ?

hallo para pembaca yang baik... kali ini saya menulis tentang penyakit yang akhir-akhir ini marak dibahas oleh netizen, yaitu penyakit difteri. karena banyak angka kejadian dalam bulan akhir penutup tahun 2017. Hingga November 2017, terdapat 20 provinsi yang telah melaporkan adanya difteri dengan 593 kasus dan 32 kematian.
Oke kita bahas saja langsung untuk versi nakes karena bahasanya masih belum disimpulakan untuk bahasa umum..


Apa sih penyakit difteri?  
Difteria merupakan penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebabkan oleh Corynebacterium
diphtheriae dengan ditandai pembentukan pseudo-membran pada kulit dan/atau mukosa.

Dikenal 3 tipe utama C. diphtheriae, yaitu tipe gravis, intermedius, dan mitis namun dipandang dari sudut antigenisitas sebenarnya basil ini merupakan spesies yang bersifat heterogen dan mempunyai banyak tipe serologik.
 
Cara penularan penyakit difteri cukup gampang karena penularannya melalui kontak langsung dengan penderita karena bersifat droplet ( melalui udara ). Juga muntahan dan debu bisa menjadi wahana penularan ( vehicles of transmission ). Adapun jenis Difteri kulit, meskipun jarang dibahas penyakit ini memegang peranan penting secara epidemiologik.
Difteri tersebar luas di seluruh dunia. Angka kejadian menurun secara nyata setelah perang dunia II, setelah penggunaan toksoid difteria.

Data Kementerian Kesehatan menujukkan sampai dengan November 2017, ada 95 kabupaten dan kota dari 20 provinsi yang melaporkan kasus difteri. Secara keseluruhan terdapat 622 kasus, 32 diantaranya meninggal dunia.
Sementara pada kurun waktu Oktober hingga November 2017, ada 11 Provinsi yang melaporkan terjadinya KLB difteri, antara lain di Sumatra Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur.
 




Tanda dan Gejala difteri
1. Difteri Hidung
Menyerupai gejala pilek ringan ( common cold ) tanpa atau disertai gejala sistemik ringan, sekret hidung ( kotoran hidung ) berangsur menjadi serosa nguinus dan kemudian mukopurulen menyebabkan lecet pada nares dan bibir atas. membran putih pada daerah septum nasi atau adanya luka bercak putih seperti nanah keras didaerah bagian dalam hidung.

2. Difteri Tonsil-Faring
Anoreksia ( nafsu makan menurun ), lemas, demam ringan dan nyeri pada saat menelan. dalam jangka 1-2 hari kemudian timbul bercak putih yang melekat yang dapat menutup tonsil dan dinding faring. meluas ke uvula dan palatum molle atau ke bawah ke laring dan trakea,yang mudah berdarah. Limfadenitis servikal dan submandibular, bila limfadenitis terjadi bersama dengan edema
jaringan lunak leher yang luas, timbul bullneck.
pada kasus berat bisa mengakibatkan gagal nafas. Dapat terjadi paralisis palatum molle, baik uni maupun bilateral, disertai kesukaran menelan dan regurgitasi.


3. Difteria Laring 
Gejala klinis sukar dibedakan dari tipe infectious croups lainnya seperti napas berbunyi, stridor progresif, suara parau, dan batuk kering. Bila terjadi perluasan dari difteria faring maka gejala yang tampak merupakan campuran gejala obstruksi dan toksemia
Difteria yang lain Difteria kulit, vulvovaginal, konjungtiva, dan telinga. 

Diagnosis
 
Diagnosis difteria ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Penentuan kuman difteria dengan sediaan langsung kurang dapat dipercaya. Cara yang lebih akurat adalah dengan identifikasi dengan flourescent antibody technique. Diagnosis pasti adalah dengan isolasi C. diphtheriae dengan pembiakan pada media Loeffler.
 
Penatalaksanaan 
Secara umum pasien sebaiknya diisolasi sampai masa akut terlampaui (biasanya sampai 2-3 minggu), tirah baring, pemberian cairan serta diet yang adekuat, dan jaga agar napas tetap bebas.
Penatalaksanaan Spesifik, pasien diberikan antitoksin Anti Diphtheria Serum (ADS) yang diberikan segera setelah dibuat diagnosis difteria Antibiotik (penisislin prokain), diberikan untuk eradikasi kuman. Steroid diberikan bila terdapat gejala obstruksi saluran napas bagian atas (dengan atau tanpa bullneck) atau bila terdapat miokarditis. Kortikosteroid tidak bermanfaat untuk mencegah miokarditis.
 
Pencegahan 
Imunitas pasif diperoleh secara transplasental dari ibu yang kebal terhadap difteria sampai 6 bulan atau suntikan antitoksin yang bertahan selama 2-3 minggu. Imunitas aktif diperoleh setelah menderita aktif yang nyata atau inapparent infection serta imunisasi toksoid difteria.





Comments

Popular posts from this blog

Recodryl (Diphenhydramine HCL)

Orang Tua perlu tau kejang demam ! Cegah bahaya yang bisa fatal untuk Anak Anda !

Dobutamin